1.
Kisah 70 Bani Israel dihidupkan kembali selepas dipanah halilintar
Nabi Musa bermunajat kepada Allah dan Allah pun berdialog denganya. 70
orang itu mendengar kalam Allah. Kemudian dengan tanpa adab, mereka kembali
angkat bicara, “Wahai Musa, siapa itu yang berbicara dengan-Mu?” Musa menjawab,
“Dialah Rabbku”. Lalu mereka menjawab,
يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً
“Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah
dengan senyatanya…” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 55).
Perhatikanlah! Inilah keadaan orang-orang terbaik dari kaum Nabi Musa.
Betapa buruknya perangai mereka. Bagaimana lagi orang-orang yang dibawah mereka
kedudukannya. Tentu jauh lebih buruk dan kasar. Namun demikian, betapa sayang
dan sabarnya, salah satu rasul yang digelari ulul azmi ini menghadapi mereka.
Allah ﷻ berfirman,
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ
جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, kerana itu kamu disambar
halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. (QS:Al-Baqarah | Ayat: 55).
70 orang terbaik dari bani Israil ini pun binasa.
Kejadian ini kembali memperlihatkan akhlak mulia Nabi Musa
‘alaihissalam. Betapa kasihnya ia terhadap umatnya. Musa berkata, “Wahai
Rabbku, apa yang hendak kukatakan kepada bani Israil ketika aku pulang dan
berjumpa mereka? Apakah harus kukatakan, ‘Allah telah membinasakan 70 orang
itu’? Ya Allah hidupkanlah kembali mereka dan terimalah taubat mereka”.
Nabi Musa tidak ingin keadaan ini semakin membuat umatnya jauh
menyimpang. Dan Allah ﷻ Maha Pengampun, Dia
memaafkan orang-orang yang Dia berikan kenikmatan berturut-turut, namun tetap
ingkar seingkar-ingkarnya kepada-Nya. Kemudian Allah menghidupkan kembali
mereka untuk yang kedua kalinya.
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 56).
Inilah kelompok pertama, yang mati kemudian hidup kembali. Mereka
mengalami dua kali kehidupan di dunia.
2.
Kisah Bani Israel diselamatkan dari wabak thaun
Allah ﷻ berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ
حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَشْكُرُونَ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung
halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka
Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan
mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai kurnia terhadap manusia tetapi kebanyakan
manusia tidak bersyukur.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 243).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan bahawa kisah ini terjadi di masa
Bani Israel. Tentang eksodus penduduk Desa Dawirdan (Arab: داوردان), ada yang menyebut Desa Adzriat (Arab: أذرعات), yang lari dari wabah penyakit Tha’un yang melanda negeri
mereka. Jumlah mereka sangat besar; 4000 atau 8000 orang. Bahkan ada yang
mentaksirnya 30.000 atau 40.000 orang.
Mereka lari untuk menghindari wabak Thaun yang mematikan. Mencari tempat
yang aman untuk melipat-gandakan usia. Akhirnya tibalah mereka di suatu dataran
rendah yang bersih dari wabah. Lembah baru itu pun menjadi padat dengan
kedatangan mereka.
Lalu Allah ﷻ mengutus dua
malaikat. Satu berada di atas lembah tempat mereka tinggal. Satu lagi di bagian
bawah. Lalu kedua malaikat itu berteriak sekali pekikan. Hingga wafatlah semua
pengikut ini.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung
halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka
Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”
Beberapa masa telah berlalu. Tubuh ribuan manusia terkubur itu telah
menjadi tengkorak dan tulang-belulang. Allah jadikan satu rangkaian tulang dari
satu tubuh tercerai-berai. Bagian atas tertanam di suatu tempat, sementara
bagian yang lainnya berada jauh di tempat yang lain. Demikianlah keadaannya.
Bahkan manusia pun sulit mengumpulkan dan merangkai kembali rangka mereka. Lalu
lewatlah salah seorang nabi dari nabi-nabi Allah. Ia memohon kepada Allah ﷻ agar menghidupkan mereka kembali. Allah
pun mengabulkan doanya.
Atas perintah Allah, tulang-belulang yang tercerai-berai itu kembali
pada anggota yang lainnya. Berkumpul, kembali menempati posisinya hingga
terbentuklah rangka manusia. Allah ﷻ
perintahkan tulang-tulang itu terbungkus dengan daging, urat-urat, dan kulit.
Imam Ibnu Katsir menukilkan riwayat dari salah seorang salaf bahawa nabi itu
menyaksikan kejadian menakjubkan itu. Kemudian Allah ﷻ
perintahkan pula roh-roh mereka kembali ke jasad-jasadnya. Mereka pun hidup
kembali. Orang-orang itu merasa bahwa mereka telah dibangunkan dari tidur yang
amat panjang. Kemudian mereka berucap, “Maha Suci Engkau (ya Allah ya Rabb kami
dan segala puji bagi-Mu), tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali diri-Mu”.
Inilah makna ayat : “kemudian Allah menghidupkan mereka.”
3.
Mayat hidup
dengan pukulan dari anggota sapi
Sapi yang boleh menghidupkan kembali orang yang telah mati. Walaupun
akhirnya mendapatkannya.
فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ
“Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 71).
Inilah sifat buruk Bani Israel yang diperingatkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam sabdanya,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ
فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ
وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Apa saja yang aku larang terhadap
kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka
kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum
kalian hanyalah kerana mereka banyak bertanya dan menyelisihi Nabi-nabi
mereka’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337).
Allah ﷻ juga melarang kita
banyak bertanya tentang sesuatu yang sudah cukup dalam syariat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ
لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu…” (QS:Al-Maidah |
Ayat: 101).
Bani Israil mempersulit diri mereka sendiri, Allah pun membuat mereka
merasakan kesulitan. Sang penjual sapi meminta harga sapi dibayar dengan
sejumlah emas yang banyak. Mereka kumpulkan emas-emas mereka, lalu membayarnya.
Setelah itu mereka berikan sapi itu kepada Musa, dan Musa menyembelihnya.
Nabi Musa ‘alaihissalam mengambil salah satu bagian tubuh sapi tersebut
–tidak dijelaskan bagian yang mana-. Ada yang menyebutkan adz-dzira’ yaitu
betis sapi hingga bagia atas tapak kaki. Ada pula yang menyatakan paha sapi
itu. Musa pukulkan bagian tubuh sapi tersebut kepada mayat, dengan kuasa Allah ﷻ mayat tersebut hidup kembali.
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ
مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ. فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي
اللَّهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling
tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini
kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian
anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu
mengerti.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 72-73).
Musa berkata, “Sekarang dia sendiri yang akan memberi tahu kepada kalian
siapa yang telah membunuhnya”. Lalu orang yang hidup kembali itu menyebutkan
siapa pembunuhnya. Setelah itu, ia kembali diwafatkan (al-Khomis, 2010: 391).
4.
Pemuda dihidupkan
selepas diwafatkan 100 tahun
Allah ﷻ kisahkan keajaiban
penciptaan-Nya dalam ayat berikut ini:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا
قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ
مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا
أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ
طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ
وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا
ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ
عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri
yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah
lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau
setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus
tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah;
dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada
tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami
membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahawa Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. (QS:Al-Baqarah | Ayat: 259).
Para ulama mengutarakan banyak pendapat tentang tokoh utama dalam ayat
ini. Ada yang menyebut ia adalah Uzair. Ada pula yang menyatakan Khidir atau
Khadir. Yang lain mengakatan Hazkil bin Bura (Arab: حزقيل
بن بورا) salah seorang nabi bani Israil. Dan Mujahid berpendapat bahawa
kisah ini tentang, “Seorang laki-laki dari Bani Israel”.
Masyhur disebutkan bahawa kota mati itu adalah Baitul Maqdis. Ketika
orang tersebut melihat betapa parah kerusakan Baitul Maqdis. Atap yang telah
mengendap, berbalik di bawah dinding. Kehidupan yang sirna. Hingga tidak
terlintas di benaknya bagaimana kota itu boleh pulih. Ia berkata,
“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”
Kemudian Allah ﷻ mewafatkannya dan
menghidupkannya kembali 100 tahun kemudian.
“Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali.”
Bagian tubuh pertama yang Allah hidupkan dari orang tersebut adalah
matanya, agar ia melihat bagaimana Allah ﷻ
mampu menghidupkan kembali tubuhnya yang telah hancur. Tubuh yang telah binasa
sebagaimana binasanya kota Baitul Maqdis. Kemudian melalui malaikat-Nya, Allah
bertanya kepadanya,
“Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?”
Allah wafatkan ia di pagi hari, kemudian 100 tahun berikutnya, Dia
bangkitkan di saat sore. Matanya melihat warna kuning mentari pagi telah
berubah menjadi jingganya petang hari. Ia pun menjawab,
“Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Selain masih merasakan sinar matahari, ia juga melihat bekalnya masih
sempurna. Buah Tin belum berkerut dan menjadi kecut. Anggur belum berjamur dan
busuk. Dan sari buahnya belum hilang dan menguap. Namun Allah ﷻ katakan,
“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah
kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada
keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang).”
Lihatlah keledaimu yang telah berubah menjadi tulang, akan kami hidupkan
kembali di hadapanmu. Dan kamu sendiri Kami jadikan bukti bagi manusia tentang
benarnya hari kebangkitan kelak. Hari kebangkitan yang didustakan karena kata
mereka kemustahilan. Sebagaimana sangkaanmu bagaimana bisa kota yang sangat
porak-poranda bisa segera utuh kembali.
“Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan
lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
70 tahun setelah kematiannya (sebelum ia dibangkitkan), orang-orang
berdatangan ke Baitul Maqdis. Mereka tinggal di sana dan meramaikannya dengan
berbagai aktivitas. Bangunan-bangunan kembali utuh. Penghuninya kembali hadir.
Terdengar kembali suara manusia di pasar dan kota. Ia menyaksikan semua yang
sebelumnya tidak ia bayangkan. Ia merasakan sesuatu yang ia kira tidak mungkin
terjadi.
Demikianlah kehidupan setelah kematian kelak. Sekarang manusia
mendustakan, nanti mata mereka sendiri menyaksikan. Mereka ingkari jasad akan
berbangkit. Maka Allah akan bangkitkan jasad dan ruh bersamaan. Mereka tidak
bisa membayangkan bagaimana matahari hanya satu mil. Allah akan beri bukti, dan
mereka yang menyaksikan sendiri. Manusia bingung dan bertanya bagaimana bisa
tubuh tenggelam oleh keringat di hamparan padang yang luas. Bisa jadi merekalah
yang terselam oleh keringat.
Ada syurga balasan bagi mereka yang bertakwa. Ada neraka untuk menghukum
mereka yang hidup semaunya. Ada kenikmatan yang tidak pernah dilihat. Tidak
pernah terdengar. Tidak pula terbayangkan. Dan ada pula siksa yang kejamnya tak
terkira. Sakitnya tak terperi. Dan deritanya takkan terbayar oleh penyesalan.
Orang ini berkata, Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”.
Rujukan
Utsman Khamis. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar Ilaf ad-Daulah
Abdurrahman as-Sa’di. 2003. Taisir al-Karim ar-Rahman. Beirut: Dar Ibnu
Jauzi.
No comments:
Post a Comment