Hadith
tersebut ada beberapa jalur:
Pertama,
dari Hudzaifah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
من
أصبح و الدنيا أكبر همه فليس من الله في شيء و من لم يتق الله فليس من الله في شيء
و من لم يهتم للمسلمين عامة فليس منهم
Barang
siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada
apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka
itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian
dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka.
Takhrij
– HR. Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak no.
7889
– HN. Imam As Suyuthi dalam Al Jami’ Al
Kabir no. 4003
Sanad
hadith ini:
Ja’far
bin Muhammad Al Khuldi, Al Hasan Ali Al Qaththan, Ismail bin Al ‘Athar, Ishaq
bin Bisyir, Sufyan Ats Tsauri, Al A’masy, Syaqiq, Salamah, Hudzaifah.
Ada
nama dalam sanad ini yang dikritik keras oleh para imam, iaitu: Ishaq bin
Bisyir.
Imam
Ibnu Abi Syaibah dan Musa bin Harun menyebutnya sebagai kazzab (pembohong).
Imam Abu Zur’ah mengatakan bahawa dia meriwayatkan hadith-hadith palsu.
Sedangkan Abu Hafsh Amru bin Ali mengatakan: matrukul hadith (hadithnya
ditinggalkan). Imam Ad-Daruquthni mengatakan: dia termasuk orang yang suka
memalsukan hadith. Al-Falas dan lainnya mengatakan: matruk. (Imam Ibnul Jauzi,
Adh Dhu’afa wal Matrukin, no. 308. Imam Az-Zahabi, Mizanul I’tidal, 1/186)
Imam
Az-Zahabi mengatakan: matruk muttaham (ditinggalkan dan dituduh sebagai pendusta).
(Al Mughni fidh Dhu’afa no. 546). Az-Zahabi mengatakan dalam At Talkhish-nya:
menurut penilaianku khabar (hadith) ini palsu. (al-Talkhish Al Mustadrak no.
7889).
Syaikh
Al Albani juga mengatakan hadith ini palsu dalam Silsilah Hadith Dhaif no. 309)
Kedua,
dari Hudzaifah juga bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من
لا يهتم بأمر المسلمين فليس منهم ومن لا يصبح ويمسي ناصحا لله ولرسوله ولكتابه
ولإمامه ولعامة المسلمين فليس منهم
Barang
siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka dia bukan golongan
mereka, dan barang siapa yang pagi dan petangnya tidak ada nasihat untuk Allah,
RasulNya, KitabNya, pemimpinNya, dan umumnya kaum muslimin, maka dia bukan
golongan mereka.
Takhrij
– HR. Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al-Awsath
no. 7473, juga As-Shaghir no. 907
– HN. Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi,
Kanzul ‘Ummal no. 24836
Sanadnya:
Muhammad
bin Syu’aib Al Ashbahani, Ahmad bin Ibrahim Az Zam’i, Abdullah bin Abu Ja’far
Ar Razi, ayahnya, Ar Rabi’, Abul ‘Aliyah, Hudzaifah bin Al Yaman.
Tentang
Abdullah bin Abi Ja’far Ar Razi, Imam AZ-Zahabi berkata: dia bukanlah hujjah.
(Al Mughni fidh Dhu’afa no. 3131) Imam Ibnu Hajar mengatakan: shaduuq yukhthi’
(jujur tapi suka salah). (Taqribut Tahdzib no. 3259). Imam Ibnu ‘Adi
mengatakan: sebagian hadithnya tidak boleh diikuti. (Mukhtashar Al-Kamil no.
1024)
Sementara
imam lainnya menilainya tsiqah seperti Imam Al ‘Ijli. (Ma’rifatuts Tsiqat, no.
867). Imam Al-Haitsami mengatakan: dia didhaifkan oleh Ahmad bin Humaid, namun
ditsiqahkan oleh Imam Abu Hatim, Imam Abu Zur’ah, dan Imam Ibnu Hibban. (Majma’
Az Zawaid, 1/87).
Ada
pun ayahnya, Abu Ja’far Ar Razi adalah lebih dhaif darinya, sebagaimana
dikatakan Syaikh Al Albani berikut:
وهو
ضعيف من أجل عبد الله بن أبي جعفر وأبيه فإنهما ضعيفان ، واقتصر الهيثمي في ”
المجمع ” ( 1 / 87 ) في إعلال الحديث على تضعيف الابن فقط وهو قصور ، فإن الأب أشد
ضعفا من الابن .
Hadits
ini dhaif, kerana faktor Abdullah bin Abu Ja’far dan ayahnya, keduanya adalah
dhaif. Al-Haitsami meringkasnya dalam Al Majma’ (1/87) ketika menyebut cacat
hadith ini hanya mendhaifkan anaknya saja, ini adalah kelalaian, sebab ayahnya
lebih parah dibanding anaknya. (Silsilah Hadith Dhaif no. 312)
Ketiga,
dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
من
أصبح وهمه غير الله فليس من الله في شيء و من لم يهتم للمسلمين فليس منهم
Barang
siapa yang pada pagi hari hasratnya adalah selain Allah maka pada sisi Allah
bukanlah apa-apa, dan barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum
muslimin maka dia bukan bagian dari mereka.
Takhrij
– HR. Imam Al Hakim dalam Al-Mustadrak no.
7902
Sanadnya:
Abdul
Baqi bin Qaani’, Ubaidullah bin Ahmad bin Al Hasan Al Marwazi, Ishaq bin
Bisyir, Muqatil bin Sulaiman, Hammad bin Ibrahim, Abdurrahman bin Zaid,
Abdullah bin Mas’ud.
Pada
sanad hadith ini ada beberapa nama yang bermasalah. Ishaq bin Bisyir dan
Muqatil bin Sulaiman, keduanya bukan orang yang dipercayai dan bukan orang
jujur menurut Imam Az-Zahabi sebagaimana dalam At Talkhishnya. Tentang Ishaq
bin Bisyir sudah dibahas sebelumnya, dan keberadaannya sudah cukup membuat
palsunya hadith ini.
Satu
lagi adalah Muqatil bin Sulaiman. Imam Waki’ berkata: Kaana Kadzaaban (dia
pendusta). Imam An-Nasa’i mengatakan: dia memalsukan hadith. Imam Bukhari
mengatakan: mereka diam terhadap hadithnya. Imam Al Jauzajaani mengatakan: dia
adalah dajjaalan jusuuran (pendusta besar yang lancang). Imam Ibnu Hibban
mengatakan: dia suka berbohong dalam hadith. (Mizanul I’tidal, 4/174-175)
Oleh
kerana itu, jika ada satu orang pendusta dan pemalsu hadith saja sudah cukup
membuat sebuah hadith disebut palsu oleh para ulama, apalagi ada dua orang
pendusta dalam sanadnya ini, maka wajar Syaikh Al-Albani juga menyebut hadith
ini palsu. (Silsilah Hadith Dhaif no. 311).
Keempat,
dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
من
أصبح و همه غير الله فليس من الله و من أصبح لا يهتم للمسلمين فليس منهم
Barang
siapa yang pada pagi hari hasratnya adalah selain Allah maka pada sisi Allah
bukanlah apa-apa, dan barang siapa yang pagi harinya tidak peduli dengan urusan
kaum muslimin maka dia bukan bahagian dari mereka.
Takhrij
– HR. Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman no. 10586
Sanadnya:
Abu
Abdillah Al Haafizh, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Basyrawiyah, Abu Yahya
Al Bazzar, Sulaiman bin Yahya, Wahb bin Rasyid, Farqad As Sabkhi, Anas bin
Malik.
Dalam
sanad hadith ini juga terdapat beberapa nama yang bermasalah, yakni Wahb bin
Rasyid dan Farqad As Sabkhi.
Tentang
Wahb bin Rasyid, para ulama memberikan kritikan keras kepadanya. Imam Abu Hatim
mengatakan: munkarul hadith (hadithnya munkar). (Al Jarh wat Ta’dil, no. 121)
Sementara
Imam Ibnu Hibban mengatakan: dia meriwayatkan dari Malik bin Dinar hal-hal yang
aneh, dan tidak halal berhujjah dengannya bagaimana pun juga. Imam Ad
Daruquthni mengatakan: sangat lemah dan haditsnya ditinggalkan. (Ad-Dhuafa wal
Matrukin no. 4681)
Imam
Ibnu ‘Adi mengatakan: dia meriwayatkan hadith-hadith yang tidak mustaqim, semua
yang diriwayatkan darinya mesti dipertimbangkan lagi. Al ‘Uqaili mengatakan:
munkarul hadith-hadithnya munkar. (Lisanul Mizan, 6/230)
Tentang
Farqad As Sabkhi, majoriti ulama melemahkannya. Imam Bukhari mengatakan: pada
hadith-hadithnya terdapat kemungkaran. Hammad bin Zaid berkata: Aku bertanya
kepada Ayyub, dia menjawab: dia bukan apa-apa. (Imam Al Bukhari, Ad-Dhuafa no.
313). Imam An Nasa’i mengatakan: dhaif. (Imam An Nasa’i, Ad-Dhuafa wal Matrukin
no. 490). Imam Abu Hatim mengatakan: laisa bil qawwi – tidak kuat. Imam Yahya
Al Qaththan mengatakan: hadith-hadithnya tidak membuatku kagum. Imam Yahya bin
Ma’in mengatakan: tsiqah. (Mizanul I’tidal, 3/346). Al ‘Ijli mengatakan: tidak
apa-apa. (Ma’rifatus Tsiqaat ho. 1477)
Oleh
kerana ada kelemahan pada dua perawi ini, Imam Al Baihaqi berkata tentang
hadith ini: isnaduhu dhaif – isnadnya lemah. (Syu’abul Iman no. 10586)
Kesimpulannya bahawa, hadith ini tidak sahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
bahkan ada yang palsu.
Catatan:
Namun
demikian, walau pun hadith ini dhaif, tidak berarti kepedulian dengan sesama
muslim tidak memiliki asas dalam agama. Al-Quran dan Sunnah memerintahkan kita
untuk saling tolong dan membantu sesama kaum muslimin dalam kebaikan dan
ketaqwaan.
Dari
Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
مَنْ
نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ
اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ
اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ
الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي
بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ
بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Dari
Abu Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wasallam
bersabda: Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari
sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah
akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari
kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan
Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib)
seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan
selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya. Siapa yang
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan baginya jalan ke
surga. Tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah
(maksudnya masjid, pen) dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di
antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan
dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para malaikat serta
Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada di sisiNya. Dan siapa yang
lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya. (HR. Muslim no.
2699, At Tirmidzi no. 1425, Abu Daud no. 1455, 4946, Ibnu Majah no. 225, Ahmad
no. 7427, Al Baihaqi no. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir no. 696, Al Baghawi no. 130,
Ibnu Hibban no. 84)
No comments:
Post a Comment