Kebodohan dicela oleh Allah
Ta’ala Dan Rasul
وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Dan jika perpalingan mereka
(darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi
atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka
buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu
saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu janganlah kamu
sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil [QS. Al An’am: 35].
قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Allah berfirman: “Hai Nuh,
sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui
(hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memeringatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan [QS. Hud: 46].
Para Nabi ‘Alaihimussalam berlindung
dari kebodohan
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Musa
berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor lembu
betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa
menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil [QS. Al Baqarah: 67].
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِين
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku,
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku
tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)
dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh [QS. Yusuf: 33].
Tidak akan pernah sama orang
bodoh dengan orang berilmu
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
Katakanlah: “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?.” [QS. Az
Zumar:9].
Berkata As Sa’di rahimahullah:
{ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ } ربهم ويعلمون دينه الشرعي ودينه الجزائي، وما له في ذلك من الأسرار والحكم { وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ } شيئا من ذلك؟ لا يستوي هؤلاء ولا هؤلاء، كما لا يستوي الليل والنهار، والضياء والظلام، والماء والنار.
Katakanlah: “Adakah sama
orang-orang yang mnegetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Maksudnya
adalah Rabb, mereka dan orang-orang yang mengetahui agama yang berupa syariat
dan hukum, dan apa dimilikinya berupa rahsia dan hikmah-hikmah (yang
tersembunyi), “ dengan orang-orang yang tidak mengetahui”, iaitu sesuatu pun
dari hal itu?! Tidak akan sama mereka dengan mereka, sebagaimana tidak sama
malam dan siang, cahaya dan kegelapan serta air dan api.”(Taisir Al Karim Ar
Rahman hal. 720).
Oleh sebab ini Fudhail bin ‘Iyadh
rahimahullah berkata:
«من علم ليس كمن لم يعلم»
Barang siapa yang berilmu, tidak
seperti seorang yang belum mengilmui (Jami’ Bayan Al Ilmu wa Fadhlih, 1/192).
Kebodohan ilmu agama adalah tanda
buruk yang menujukkan semakin dekatnya hari kiamat
عن ابن مسعود وَأَبِي مُوسَى رضي الله عنهما قَالا: قال النبي صلى الله عليه وسلم:إِنَّ بين يَدَيْ السَّاعَةِ لأيَّامًا يَنْزِلُ فيها الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فيها الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فيها الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ).
Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa
Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata: “Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di hadapan kiamat benar-benar ada hari-hari yang akan turun di dalamnya
kebodohan dan diangkat di dalamnya ilmu, dan akan banyak terjadi di dalamnya al
Harju (pembunuhan). [HR. Bukhari no. 7062].
عن أَنَسِ رضي الله عنه قال: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ من أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari
tanda kiamat adalah akan diangkatnya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya
khamr dan terlihatnya (terbiasa) pezinaan.” [HR. Bukhari no. 80 dan Muslim no.
2671].
Kebodohan mendatangkan kesesatan
dan menyesatkan
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ».
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Seungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu seketika
dari manusia, akan tetapi mencabut ilmu dengan dicabutnya (diwafatkannya) para
alim, sehingga tidak meninggalkan seorang alim pun. Akhirnya orang-orang
menjadikan pemimpin-pemimpin orang-orang bodoh. Lalu mereka ditanya dan mereka
memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka telah sesat dan menyesatkan (HR. Muslim
no. 2673).
Orang bodoh ilmu tentang
dasar-dasar agama itu ketinggalan kebelakang
Berkata As Suyuthi rahimahullah:
«كل من جهل تحريم شيء ممّا يشترك فيه غالب النّاس لم يقبل إلّا أن يكون قريب عهد بالإسلام، أو نشأ ببادية يخفى عليه مثل ذلك»)
Setiap orang yang bodoh tentang
pengharaman sesuatu dari perkara yang kebanyakan manusia bersepakat di
dalamnya, maka tidak akan diterima darinya (kebodohan ini), kecuali ia baru
masuk Islam atau seorang yang hidup di daerah pedalaman, tersembunyi baginya perkata
tersebut (Al Asybah wa An Nazhair hal. 200).
Bodoh tanda kehinaan dan
perendahan dari allah ta’ala
عَنِ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ وَهُوَ يَخْطُبُ يَقُولُ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِى اللَّهُ ».
Mu’awiyah bin Abi Sufyan
radhiyallahu ‘anhuma, ketika berhothbah berkata: “Sesungguhnya aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Barang siapa yang
diinginkan oelh Allah kebaikan, nescaya Allah memahamkannya dalam urusan agama.
Sesungguhnya aku hanyalah pembagi, Yang Memberi adalah Allah.” [HR. Bukhari no.
71].
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Nescaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” [QS. Al Mujadilah:11].
Berkata Al Hasan Al Basri
rahimahullah:
“إِذَا اِسْتَرْذَلَ اَللَّهُ عَبْدًا زَهَّدَهُ فِي اَلْعِلْمِ”.
Jika Allah menghendaki untuk
menghinakan seorang hamba, nescaya Allah akan menjauhkannya di dalam ilmu.
Orang bodoh laksana mayat hidup
وَفي الجَهلِ قَبلَ المَوتِ مَوتٌ لأَهلِهِ … فَأَجسامُهُم قَبلَ القُبورِ قُبورُ
وَإِنَّ اِمرَءاً لَم يُحيى بِالعِلمِ مَيِّتٌ … فَلَيسَ لَهُ حَتّى النَشورِ نُشورُ
Dan di dalam kebodohan sebelum
kematian datang adalah kematian bagi orang bodoh … Badan-badan mereka sebelum
dikubur adalah kuburan. Dan sesungguhnya seseorang yang tidak menghidupkan
hidupnya dengan ilmu adalah seorang mayat … Tidak ada baginya (bahagiannya)
sampai dibangkitnya manusia dari kuburnya [Adab Ad Dunya wa Ad Din hal. 51].
Cuba bezakan antara ilmu dan
kebodohan, antara seorang yang berlimu dengan seorang yang bodoh
قَالَ: ” أَخَذَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ بِيَدِي فَأَخْرَجَنِي إِلَى نَاحِيَةِ الْجَبَّانِ، فَلَمَّا أَصْحَرْنَا جَلَسَ ثُمَّ تَنَفَّسَ ثُمَّ قَالَ: ” يَا كُمَيْلُ بْنَ زِيَادٍ الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا، وَاحْفَظْ مَا أَقُولُ لَكَ: النَّاسُ ثَلَاثَةٌ: فَعَالِمٌ رَبَّانِيٌّ، وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ، وَهَمَجٌ رَعَاعٌ أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ، يَمِيلُونَ مَعَ كُلِّ رِيحٍ، لَمْ يَسْتَضِيئُوا بِنُورِ الْعِلْمِ، وَلَمْ يَلْجَئُوا إِلَى رُكْنٍ وَثِيقٍ. الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ، وَمَحَبَّةُ الْعَالِمِ دَيْنٌ يُدَانُ بِهَا، الْعِلْمُ يُكْسِبُ الْعَالِمَ الطَّاعَةَ فِي حَيَاتِهِ، وَجَمِيلَ الْأُحْدُوثَةِ بَعْدَ مَوْتِهِ، وَصَنِيعَةُ الْمَالِ تَزُولُ بِزَوَالِهِ. مَاتَ خُزَّانُ الْأَمْوَالِ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَالْعُلَمَاءُ بَاقُونَ مَا بَقِيَ الدَّهْرُ، أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ، وَأَمْثَالُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ… ”
Berkata Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu kepada Kumail bin Ziyad (seorang tabien) rahimahullah:
“Wahai Kumail bin Ziyad, hati itu bagaikan wadah. Maka sebaik-baik hati adalah
yang paling dijaga, dan hafalkanlah apa yang aku ucapkan untukmu. Manusia itu
ada tiga jenis:
1. Seorang yang berilmu yang
bersifat Rabbani
2. Seorang yang belajar yang
meniti jalan keselamatan
3. Seorang yang tidak teratur
bodoh, mengikuti setiap orang yang menuntunnya. Ia bergerak bersamaan dengan
setiap hembusan angin. Ia tidak mengambil cahaya dengan cahaya ilmu, tidak
bersandar kepada asas yang kuat.
Ilmu Lebih Baik Dari Harta:
1. Ilmu yang akan menjagamu,
sedangkan kamu yang akan menjaga harta.
2. Ilmu akan menyucikan jika
diamalkan. Sedangkan harta akan berkurang dengan dinafkahkan.
3. Mencintai ilmu adalah agama
yang dianut.
4. Ilmu menghasilkan ketaatan
orang mengilmuinya di dalam kehidupannya.
5. Ilmu menghasilkan kenangan
yang baik setelah kematiannya. Sedangkan pembuat harta akan hilang.
6. Para penyimpan harta
dinyatakan mati sedangkan mereka masih hidup. Adapun para ulama (orang-orang
yang berilmu) akan selalu hidup (/dikenang) selama masih ada dunia. Jasad
mereka hilang, tetapi keberadaan mereka di dalam hati-hati (manusia) selalu
ada…” [faqih Wa Al Mutafaqqih no. 177].
Kebodohan adalah penyakit
mematikan
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata:
والجهل داء قاتل وشفاؤه*** امران في التركيب متفقان
نص من القرآن أو من سنة*** وطبيب ذاك العالم الرباني
Dan kebodohan itu adalah penyakit
yang mematikan. Ubatnya adalah dua perkara yang saling bergandingan (iaitu) nas
dari Al Quran atau dari As Sunnah. Dan doktornya adalah seorang alim yang
Rabbani” [Al Qashidah An Nuniyyah Al Kafiyah Asy Syafiya hal. 265].
Ubatilah dengan menuntut ilmu dan
jangan bosan menuntut ilmu
Berkata Sa’id bin Jubair
rahimahullah:
لا يزال الرجل عالماً ما تعلم فإذا ترك التعلم وظن أنه قد استغنى واكتفى بما عنده فهو أجهل ما يكون.
Seseorang masih saja disebut
sebagai orang yang berilmu selama ia belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan
mengira ia tidak memerlukan dan telah mencukupkan dengan apa yang ia miliki,
maka ia adalah orang yang paling bodoh.” [al-Majmu’ an-Nawawi 1/29].
Dan orang bodoh adalah orang yang
berat dalam menuntut ilmu
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – : لَا يُثَبِّطُ عَنْ طَلَبِ الْعِلْمِ إلَّا جَاهِلٌ .
Tidak ada seorang yang berat dari
menuntut ilmu kecuali orang yang bodoh [Ghadza Al Albab fi Syarh Manzhumat Al
Adab, 2/517].
Rujukan
No comments:
Post a Comment