Thursday, 28 April 2022

Hadith lemah dan palsu tentang keutamaan ziarah kubur orang tua dan kerabat pada hari jumaat

 

Di antara hadith lemah dan palsu yang tersebar di tengah kaum Muslimin ialah hadith yang menjelaskan keutamaan menziarahi kuburan orang tua atau kerabat pada hari dan malam Jumaat yang katanya memiliki keutamaan-keutamaan, iaitu :

 

 1. Berziarah ke kuburan orang tua pada hari Jumaat lalu membaca surah Yasin di sisinya akan menghapuskan dosa-dosa.

 

 

 قَالَ أَبُو أَحْمَدَ بْنُ عَدِيٍّ رَحِمَهُ اللهُ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الضَّحَّاكِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أََبِي عَاصِمِ ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ خَالِدٍ الأَصْبَهَانِيُّ ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زِيَادَ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ ، عَنْ هِشَامٍ بن عُرْوَة ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَائِشَةَ ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَرَأَ يس غُفِرَ لَهُ .”

 

Abu Ahmad Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin adh-Dhahhak bin ‘Amr bin Abi ‘Ashim, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Khalid al-Ashbahani, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Ziyad, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ath-Thaifi, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, dari Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu , ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang berziarah ke kuburan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya pada hari jum’at, lalu ia membaca surah Yasin maka (dosa-dosanya) akan diampuni (oleh Allah) (HR. Ibnu ‘Adi dalam al-Kamil Fi Dhu’afa ar-Rijal 5/151).

 

 

 قَالَ أَبُو الشَّيْخِ الأَصْبَهَانِيُّ : حَدَّثَنَـا أَبُو عَلِيِّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، قال : ثنا أَبُو مَسْعُودٍ يَزِيدُ بْنُ خَالِدٍ ، قال : ثنا عَمْرُو بْنُ زِيَادٍ الْبَقَالَيُّ الْخُرَاسَانِيُّ بِجُنْدِيسَابُورَ ، قال : ثنـا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَائِشَةَ ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : ” مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ أَوْ أَحَدِهِمَا ، فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا أَوْ عِنْدَهُ : يس ، غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ ذَلِكَ آيَةً أَوْ حَرْفًا

 

Abu asy-Syaikh al-Ashbahani rahimahullah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ali bin Ibrahim, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Mas’ud, Yazid bin Khalid, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Ziyad al-Baqqali al-Khurasani di Jundisabur, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, dari Abu Bakar, ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang menziarahi kuburan kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya pada setiap hari Jumaat, lalu ia membaca surah Yasin di sisi (kuburan) keduanya atau salah satunya, nescaya (dosa-dosanya) diampuni sebanyak bilangan ayat atau huruf (yang dibacanya) (HR. Abu asy-Syaikh al-Ashbahani dalam Thabaqat al-Muhadditsin 3/125 no.751).

 

Darjat hadith

 

Hadith-hadith tersebut di atas darjatnya PALSU. Kerana dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama ‘Amr bin Ziyad. Dia seorang perawi yang pendusta dan pemalsu hadith. Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata, “Hadith dengan sanad ini darjatnya BATIL, TIDAK ADA ASAL-USULNYA. Dan ‘Amr bin Ziyad meriwayatkan beberapa hadith selain hadith ini. Di antaranya ada hadith yang ia curi dari para perawi yang terpercaya, dan ada pula hadith-hadith palsu. Dan dialah orang yang tertuduh memalsukannya.” (al-Kamil Fi Dhu’afa ar-Rijal 5/151).

 

Imam ad-Daruquthni rahimahullah berkata, “Dia memalsukan hadith.” (Mizan al-I’tidal karya az-Zahabi 3/261).

 

Imam Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullah berkata, ”Dia seorang pendusta.” (adh-Dhu’afa’ karya al-‘Uqaili 3/274).

 

 

2. Siapa yang melakukannya akan dianggap sebagai anak yang berbakti pada kedua orang tuanya.

 

 

 

 قاَلَ الطَّبْرَانِيُّ رَحِمَهُ اللهُ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ النُّعْمَانِ بْنِ شِبْلٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي أَبِي ، قَالَ : حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَمِّ أَبِي ، عَنْ يَحْيَى بْنِ الْعَلاءِ الرَّازِيِّ ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ أَبِي أُمَيَّةَ ، عَنْ مُجَاهِدٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ ، وَكُتِبَ بَرًّا

 

Imam ath-Thabrani rahimahullah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhammad bin an-Nu’man bin asy-Syibl, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin an-Nu’man bin ‘Abdurrahman (paman ayahku), dari Yahya bin al-‘Ala’ ar-Razi, dari ‘Abdul Karim Abu Umayyah, dari Mujahid, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang menziarahi kuburan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya setiap hari Jumaat, niscaya akan diampuni baginya dan dicatat sebagai bakti (kepada keduanya). (HR. at-Thabarani di dalam al-Mu’jam al-Awsath 6/175 no.6114, dan al-Mu’jam ash-Saghir 2/160 no.955. dan nukilkan pula oleh as-Suyuthi dalam al-La’ali’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah II/440 no.2526, dan lainnya).

 

Darjat hadith

 

Hadith ini darjatnya PALSU, sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Hadith Dhaif 1/125 no.49. Kerana di dalam sanadnya terdapat empat orang perawi hadith yang bermasalah, iaitu:

 

1. Muhammad bin Muhammad bin an-Nu’man. Ia seorang perawi yang ditinggalkan riwayat hadithnya dan tertuduh sebagai pemalsu hadith. Imam az-Zahabi rahimahullah berkata tentangnya, “Ad-Daruquthni telah mencela dan menuduhnya sebagai pemalsu hadith.” ( Mizan al-I’tidal 4/26). al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Dia seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayat hadithnya).” (Taqrib at-Tahdzib 1/505).

 

2. Muhammad bin an-Nu’man. Seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya. Imam az-Zahabi rahimahullah berkata tentangnya, “Ia seorang perawi yang majhul (tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya).” (Mizan al-I’tidal 4/56). Imam al-‘Uqaili rahimahullah berkata, “Muhammad bin an-Nu’man seorang perawi yang majhul (tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya).” (adh-Dhu’afa’ 4/146).

 

3.       Yahya bin al-‘Ala` ar-Razi (al-Bajali) Seorang perawi yang sangat lemah kerana tertuduh memalsukan hadith dan riwayatnya tidak dapat diterima dan dijadikan hujjah. Imam al-‘Uqaili rahimahullah berkata tentangnya, “Yahya adalah seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya).” (adh-Dhu’afa` 4/146). Imam Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata, “Yahya bin al-‘Ala` bukan seorang perawi hadith yang tsiqah (terpercaya).” (adh-Dhu’afa` al-‘Uqaili 4/437). Sementara itu, Imam Abu Hatim ar-Razi rahimahullah berkata, “Dia bukan seorang perawi hadith yang kuat (hafalannya).”Imam ad-Daruquthni berkata, “Dia seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayat hadithnya).” Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Dia pernah memalsukan hadith.” (Lihat semua komentar ini dalam Mizan al-I’tidal karya Imam az-Zahabi 4/397).  Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata: “Tidak boleh berhujjah dengan (hadith)nya.” (al-Majruhin 3/115). Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Dia seorang perawi yang tertuduh memalsukan hadith.” (Taqrib at-Tahdzib 1/595).

 

4. ‘Abdul Karim Abu Umayyah Seorang perawi yang dha’if (lemah). Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata tentangnya: “Dia seorang perawi yang sering lupa dan banyak kesalahan yang fatal dalam meriwayatkan hadith.” (al-Majruhin 2/145).  Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “’Abdul Karim Abu Umayyah tidak ada apa-apanya, dia menyerupai perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya).” (al-Jarhu wa at-Ta’dil karya Ibnu Abu Hatim 6/60).Imam Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata, “Abdul Karim Abu Umayyah tidak ada apa-apanya.” Imam Ayyub as-Sakhtiyani rahimahullah berkata, “Dia bukan seorang perawi yang tsiqah (terpercaya).” (al-Majruhin 2/145).

 

3. Siapa yang banyak menziarahi kuburan kedua orang tuanya atau kerabatnya hingga meninggal dunia, maka kuburannya akan diziarahi oleh para malaikat.

 

3.       Siapa yang melakukannya akan memperoleh pahala umrah atau haji mabrur.

 

 

 قَالَ أَبُو أَحْمَدَ بْنُ عَدِيٍّ رَحِمَهُ اللهُ : ثنا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصٍ السَّعْدِيُّ ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الْوَزْدُولِيُّ ، ثنا خَاقَانُ بْنُ الأَهْتَمِ السَّعْدِيُّ ، ثنا أَبُو مُقَاتِلٍ السَّمَرْقَنْدِيُّ ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : ” مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبِيهِ أَوْ أُمِّهِ أَوْ عَمَّتِهِ أَوْ خَالَتِهِ أَوْ أَحَدُ قَرَابَاتِهِ كَانَتْ لَهُ حَجَّةٌ مَبْرُورَةٌ ، وَمَنْ كَانَ زَائِرًا لَهُمَا حَتَّى يَمُوتَ زَارَتِ الْمَلائِكَةُ قَبْرَهُ ” .

 

Abu Ahmad Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hafsh as-Sa’di, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa al-Wazduli’, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Khaqan bin al-Ahtam as-Sa’di’, ia berkata; ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Muqatil as-Samarqandi, dari ‘Ubaidillah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma , ia berkata, ‘ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menziarahi kubur ayahnya atau ibunya, atau saudara perempuan ayah atau ibunya (bibinya), atau salah seorang kerabatnya, maka ia akan memperoleh pahala haji mabrur. Dan barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya hingga ia meninggal dunia, niscaya para malaikat akan menziarahi kuburannya. (HR. Ibnu ‘Adi dalam kitab al-Kamil fi Dhu’afa ar-Rijal 2/393 no.2260, Ibnul Jauzi dalam kitab al-Maudhu’at 3/240 no.1714, dan as-Suyuthi dalam al-La’ali’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhi’ah 2/440 no.2527, dan lainnya).

 

Darjat hadith

 

Hadith ini darjatnya dhaif jiddan (SANGAT LEMAH), kerana pada sanadnya ada seorang perawi bernama Abu Muqatil as-Samarqandi (Hafsh bin Salm). Dia seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayat hadithnya). Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata tentangnya, “Abu Muqatil as-Samarqandi, namanya Hafsh bin Salm, ia seorang yang rajin ibadah, akan tetapi meriwayatkan hadith-hadith mungkar yang mana (ulama hadith) siapa pun yang mencatat hadith dapat mengetahui bahawa hadith-hadith yang diriwayatkannya tidak mempunyai dasar yang dapat dijadikan rujukan.” Imam ‘Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata, “Tidak boleh meriwayatkan hadith darinya.” (al-Majruhin 1/256).

 

Imam az-Zahabi berkata, “Qutaibah menganggapnya sebagai perawi hadith yang sangat lemah, dan (Abdurrahman) bin Mahdi mendustakannya.” (Mizan al-I’tidal 1/557) Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Waki’ (bin al-Jarrah al-Kufi) mendustakannya, dan as-Sulaimani mengatakan, bahawa dia termasuk dalam barisan orang yang memalsukan hadith.” (Tahdzib At-Tahdzib 2/342).

 

No comments:

Post a Comment

Hadith Keutamaan Menziarahi Orang Sakit

  Matan hadith   قَالَ -صلىّ الله عليه وسلّم-: إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ...