Kisah
Setelah Abu Jahal dan
gerombolannya merasa tidak mampu menghadapi Nabi Muhammad Saw, sementara
matahari syari'at beliau makin tinggi dan orang-orang makin banyak yang beriman
kepadanya, maka si gembong kafir itu lalu mengirim surat kepada Raja Syiria,
Habib bin Malik, yang isinya sebagaimana berikut ini. Amma ba'du. Hendaknya
diketahui oleh Sang Raja bahawa telah muncul di antara kita seorang tukang
sihir yang sekaligus pembohong. Dia hanya mengakui satu Tuhan dan satu agama.
Dia mencaci tuhan-tuhan kami. Setiap kali kami menghadapinya dengan berbagai
argumentasi, selalu saja dia mengalahkan berbagai argumentasi kami. Hari ini
agamamu dan agama leluhurmu telah lemah. Temuilah dia sebelum agamanya makin
tersebar luas ke mana-mana." Merespons surat Abu Jahal itu, Habib bin
Malik langsung berangkat ke Mekkah bersama dengan dua belas penunggang kuda.
Sampai di al-Abthah, Sang Raja dan rombongan berhenti. Abu Jahal dan para
pembesar Mekkah langsung menyambutnya dengan berbagai hadiah. Habib bin Malik
bertanya kepada Abu Jahal tentang Nabi Muhammad SAW: "Tuan, tanyakan saja
langsung kepada Bani Hasyim," jawab si ketua kafir. Orang-orang Bani
Hasyim yang hadir di situ langsung memberikan jawaban: "Kami mengenal
Muhammad sebagai orang yang jujur di waktu kecil. Setelah umurnya mencapai 40
tahun, dia lalu mencaci tuhan-tuhan kami dan menyebarkan agama yang bukan
merupakan agama leluhur kami." "Bawa dia ke mari," perintah Sang
Raja, "kalau mahu. Kalau tidak mahu, paksa saja." Mereka minta
seseorang yang mahu memanggilnya. Abu Bakar yang kemudian bersedia mendatangi
Rasulullah SAW dengan membawa pakaian merah dan surban hitam. Keduanya lantas
dipakai oleh Sang Nabi, menuju kepada mereka yang sedang menunggu di al-Abthah.
Abu Bakar berada di sebelah kanan beliau, sedang Khadijah berada di
belakangnya. Ketika Habib bin Malik melihat Nabi Muhammad SAW, raja itu berdiri
dalam rangka memuliakan beliau. Ketika Sang Nabi SAW duduk dan cahaya
berkilau-kilau di wajahnya, mereka semua diam dan dirundung rasa takut.
Kemudian terjadilah dialog antara Raja Syiria dengan Sang Nabi SAW sebagaimana
berikut ini:
+: "Muhammad,
engkau tahu bahawa semua nabi itu memiliki mukjizat, apakah kau punya
mukjizat?"
-: "Apa yang kau
inginkan?"
+: "Aku ingin
matahari terbenam sekarang. Lalu muncul rembulan. Kau turunkan rembulan itu ke
bumi, terus kau belah menjadi dua. Lalu rembulan itu menyatu kembali, naik lagi
ke langit dengan terang-benderang."
-: "Apakah kau
akan beriman kepadaku jika permintaanmu itu aku penuhi?"
+: "Ya, tapi
juga dengan syarat kau beri tahu apa yang ada di hatiku."
Nabi Muhammad SAW
lalu naik ke Gunung Abi Qubis. Di sana beliau shalat dua raka'at dan berdoa
kepada Tuhannya. Malaikat Jibril turun menjumpai beliau dan berkata: "Sesungguhnya
Allah Ta'ala menundukkan matahari, rembulan, siang, dan malam untukmu. Dan
Habib bin Malik memiliki seorang putri yang lumpuh, tidak punya kedua tangan,
tidak punya kedua kaki, tidak punya kedua mata. Sekarang Allah Ta'ala telah
mengembalikan anggota-anggota tubuh itu pada putri Sang Raja."
Nabi Muhammad SAW
turun dari Gunung Abi Qubis. Malaikat Jibril berada di angkasa. Para malaikat
berbaris. Sang Nabi SAW menunjuk matahari dengan jarinya. Matahari berlari ke
arah barat, lalu terbenam. Malam jadi kelam. Purnama muncul dengan
terang-benderang. Sang Nabi SAW menunjuknya dengan jari, rembulan itu pun
bergerak menuju bumi. Lalu terbelah menjadi dua. Kemudian menyatu, dan terbang
lagi. Pun, matahari. Kembali sebagaimana semula.
"Masih ada satu
syarat lagi," kata Raja Syiria. "Baiklah," sabda Sang Nabi SAW:
"kau punya puteri yang lumpuh tak berdaya. Sekarang Allah Ta'ala telah
mengembalikan anggota-anggota tubuhnya dan menjadikannya sehat."
Dengan riang dan
penuh keyakinan, Habib bin Malik, Sang Raja Syiria, menandaskan: "Wahai
penduduk Mekkah, aku tidak akan kufur lagi setelah beriman. Ketahuilah
sesungguhnya aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah hamba dan utusanNya."
Penjelasan
kisah bulan terbelah sahih
Sebagimana juga dituliskan dalam
Al-Qur’an tepatnya dalam surat Al-Qamar.
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
وَاِنْ يَّرَوْا اٰيَةً يُّعْرِضُوْا وَيَقُوْلُوْا سِحْرٌ
مُّسْتَمِرٌّ
Telah dekat (datangnya) saat itu
dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu
tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang
terus-menerus.” (QS. Al Qamar: 1-2)
Dari Anas ibnu Malik yang
mengatakan bahawa penduduk Mekah (kaum musyrik) pernah meminta kepada Nabi Saw
untuk memperlihatkan suatu tanda (mukjizat), maka terbelahlah rembulan, dan
Allah Swt berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.
(Al-Qamaar: 1)
Dalam riwayat lain juga dari
Anas, ia berkata,
فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً
بَيْنَهُمَا
“Beliau perlihatkan kepada mereka
bulan terbelah. Sampai mereka lihat Hira (nama tempat) di antara keduanya.”
(HR. Bukhari no. 3655).
Dalam riwayat lain,
فِرْقَتَيْنِ؛ فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ، وَفِرْقَةً دُونَهُ
“Terbelah dua. Satu belahan di
atas gunung. Belahan lainnya di sisi yang berbeza.” (HR. al-Bukhari no. 4583).
Diriwayatkan juga dari Abdullah
bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
: انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله
عليه وسلم شِقَّتَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: “اشْهَدُوا
“Bulan terbelah menjadi dua bahagian
di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Saksikanlah!’” (HR. no. 3437 dan Muslim no. 2800).
Tapi perincian seperti video di
atas tidak sahih.
Kisah tersebut diriwayatkan oleh
Syeikh Utsman al-Khubawi dalam Durratun Nasihin hal. 279-280 (Dar al-Arkam).
Kata pentahqiq:
tidak ditemui asal dari kitab
hadith sunnah
Tentang ada kisah ada raja india
dikatakan sahabat nabi dan beri hadiah kepada nabi saw, ya ada hadith yang
diriwayatkan al-Hakim dalam al-Mustadraknya 4/150, no. 7392 daripada Abi Said
al-Khudri tentang seorang raja dari india datang menemui nabi saw dan berikan
nabi halwa/jeruk halia, lalu nabi dan para sahabat mencicipinya.
Akan tetapi hadith tersebut tidak
sahih, kerana terdapat dalam satu riwayat menceritakan raja yang datang itu
pula dari Rom sepertimana yang diriwayatkan oleh at-Thabarani
Hadith hadiah halia itu menurut
Abu Zur'ah dan ar-Razi munkar
cumanya memang adalah kisah raja india datang mekah sebab tengok
bulan terbelah di langit india itu dalam manuskrip sejarah India, yang
disimpan di perpustakaan di
London....hal ini sepertimana disebutkan dalam Muhammad Rasulullah oleh
Muhamaad Hamidullah hal. 152-173, dan kisah ini dinaqalkan juga oleh Syaikh
Zainuddin dalam Tuhafat-ul Mujahidin. Selain itu, ia juga dinakalkan dalam kitab-kitab sejarah
kebelakangan ini seperti Khawatir Fi Ma`iyyat Khatam al-Anbiya Wa al- Mursalin
karangan Dr. Zaghlul Najjar hal. 110 - 111 cetakan Nahdetmisr tahun 2004.
bahkan kisah ini menjadi buah
perdebatan ahli sejarah akan kesahihannya, ada yang kata kisah dia datang tu
bukan sejurus kejadian itu berlaku tapi lama kemudia bila Malik bin Dinar ra
arab datang Kerala, ada yang kata dia menyaksikan secara mimpi, ada yang kata
peristiwa itu 200 tahun sesudah Nabi wafat dan macam-macam lagi
Rujukan
Fatwa Syabakah Islamiyah no.
249724
https://www.hmetro.com.my/addin/2024/01/1049666/pembelahan-bulan-penyaksian-raja-cheraman
No comments:
Post a Comment