al-Hafiz Ibnu Hajar menjelaskan:
Penggabungan kedua penilaian ini
(hasan + sahih) merupakan keraguan ulama penilai hadith tersebut terhadap
perawi yang menyendiri (tafarrud) lalu menjadi gharib, apakah dia termasuk
orang yang dhabit (boleh menjaga hadith, kuat hafalan) sehingga hadithnya
dinilai sahih ataukah dia itu khafifu dhabit (lemah hafalannya) sehingga
hadithnya dinilai hasan. Berdasarkan alasan tersebut, maka ungkapan tersebut
(yakni hasan sahih) boleh ditafsirkan dengan makna “hasan atau sahih” dan
kedudukannya berada di bawah tingkatan (hadith) yang diberi predikat sahih
secara tegas (Min Athyabil Minah fi ‘Ilmil Mushthalah hal. 17-18, karya Syeikh
Abdul Karim Murad dan Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad; Kamus Istilah Hadith oleh
Sayyid Abdul Majid al-Ghauri hal. 218)
Rujukan
https://konsultasisyariah.com/43-hadits-hasan-shahih.html
No comments:
Post a Comment