Kisah pertama
Matan hadith
خَرَجَتْ
طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ حَتَّى أَتَوْا مَقْبَرَةً مِنْ مَقَابِرِهِمْ
فَقَالُوا:
لَوْ صَلَّيْنَا وَدَعَوْنَا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُخْرِجُ لَنَا رَجُلًا
مِمَّنْ قَدْ مَاتَ، فَنُسَائِلَهُ عَنِ الْمَوْتِ فَفَعَلُوا، فَبَيْنَاهُمْ
كَذَلِكَ إِذْ طَلَعَ رَجُلٌ رَأْسَهُ مِنْ قَبْرٍ مِنْ تِلْكَ الْمَقَابِرِ
حُلَاسِيُّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ أَثَرُ السُّجُودِ فَقَالَ: يَا هَؤُلَاءِ مَا
أَرَدْتُمْ إِلَيَّ لَقَدْ مُتُّ مِنْ مِائَةِ عَامٍ، فَمَا سَكَتَ عَنِّي
حَرَارَةُ الْمَوْتِ إِلَّا الْآنَ، فَادْعُوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ
يَرُدَّنِيَ لِمَا كُنْتُ
Terjemahan
Suatu ketika ada
sekelompok orang dari Bani Israil yang datang ke sebuah kuburan. Mereka
berkata, ‘Andai kita solat dan berdoa kepada Allah agar mengeluarkan seorang
yang sudah meninggal kepada kita, kemudian kita bertanya kepadanya tentang
kematian.” Akhirnya, mereka solat dan berdoa. Dalam pada itu, tiba-tiba ada
satu mayat mengeluarkan kepalanya dari dalam kubur. Nampak di antara kedua
matanya ada bekas sujud. Ia lalu bertanya, ‘Wahai orang-orang, apa yang kalian
inginkan? Aku meninggal seratus tahun yang lalu. Namun, panasnya kematian belum
hilang hingga sekarang. Maka berdoalah kalian agar mengembalikanku kepada
keadaanku semula’.”
Takhrij
HR. Ibnu Abi Duniya
dalam Kitab Maut, Abi Syaibah dalam Musannafnya 9/62, Ahmad dalam kitab Az-Zuhd
hal. 16-17, al-Bazzar dalam Musnadnya 1/108/192- Kasyaf al-Asrar.
Juga dinukilkan
oleh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah 2/122, dan beliau menilai hadith ini
gharib.
As-Sakhawi dalam
Al-Ajubah Mardhiyyah 3/1113, berkata hadith ini marfu' tetapi sanadnya dhaif.
Syeikh al-Albani
menilai hadith ini sahih dalan Silsilah Hadith Sahih no. 2926. Hadith ini
diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhab dari Al-Musnad (Q 1/152)
dengan lengkap. Begitu pula Waki’ dalam Az-Zuhud (1/280/56) dan Ibnu Abi Dawud
dalam Al-Baats (5/30). Ucapan yang pertama darinya mempunyai penguat dari
hadith Abu Hurairah secara marfu’. Diriwayatkan oleh Abu Daud (2/126), Thahawi
dalam Musykilil Atsar (1/40-41), Ibnu Hibban (109 – Mawarid).
Kisah kedua
Suatu hari para
sahabat Nabi bersama Rasul sedang bekerja bakti membangun parit sebagai
persiapan perang khandaq. Kebetulan lokasinya tak jauh dari rumah sahabat Jabir
RA. Melihat Rasulullah SAW dan para sahabat yang merasa kelelahan sahabat Jabir
berinisiatif pulang meminta istrinya untuk menyiapkan makanan. Kemudian sahabat
Jabir meminta ijin kepada Rasulullah untuk meninggalkan tempat kerja bakti
tersebut dan pulang menemui istrinya.
Sesampainya di
rumah, sahabat Jabir menemui istrinya dan mengutarakan keinginannya untuk
menjamu Rasulullah dan para sahabatnya di rumah mereka.
“Apakah ada makanan
untuk menjamu Nabi Allah dan para sahabatnya?” tanya sahabat Jabir.
“Kita hanya
mempunyai seekor anak kambing dan sedikit susu.” Jawab istri Jabir.
“Baiklah, tak
apa-apa, tolong siapkan semuanya dengan baik, sebentar lagi akan aku ajak
Rasulullah dan para sahabat untuk makan di rumah kita.” kata sahabat Jabir
kepada istrinya.
Kemudian istrinya
mulai menyiapkan jamuan sambil menjaga dua anak mereka. Sang istri mulai
memasak makanan sedangkan sahabat Jabir kembali menemui Rasulullah dan para
sahabatnya di tempat pembuatan parit.
Mulanya anak
kambing itu disembelih di belakang rumahnya, kemudian dibersihkan dan diolah
menjadi masakan. Sementara itu sedari tadi dua anak itu mengamati ibunya yang
sedang mengolah kambing dari mulai menyembelih sampai memasaknya. Akhirnya
timbul di benak dua anak tadi untuk bermain sembelih-sembelihan meniru cara
ibunya memotong kambing dengan menjadikan sang adik sebagai kambing yang hendak
disembelih. Tanpa sepengetahuan ibunya mereka pergi ke lantai atas dapur sambil
membawa pisau yang tajam, kemudian melakukan adegan penyembelihan kambing.
Saat sedang
mengolah masakan di dapur, sang Ibu tiba-tiba melihat darah yang menetes dari
lantai atas dapur. Sang Ibu mulai khawatir, dari mana asal tetesan darah itu?
Sang Ibu memanggil anak-anaknya untuk memastikan apakah mereka baik-baik saja.
Mendengar panggilan Ibunya sang kakak jadi ketakutan karena telah membuat
adiknya mati bersimbah darah, akhirnya dia bergegas menuruni tangga dengan
ketakutan sampai tergelincir dan jatuh sang kakak akhirnya meninggal juga.
Melihat ada yang
kurang beres di lantai atas sang ibu mencoba mencari tahu apa yang sedang
terjadi. Dia sangat terkejut karena dua anaknya telah meninggal dunia karena
jatuh. Sang ibu sedih namun juga ketakutan dan bingung bagaimana nanti
menjelaskan pada suaminya terkait musibah ini.
Sang Ibu bergegas
membersihkan darah yang berceceran di lantai kemudian membersihkan anak-anaknya
dan memandikannya. Setelah itu dua anak tadi dipakaikan pakaian yang layak dan
dibaringkan di atas tempat tidur layaknya orang yang sedang tertidur.
Saat waktu makan
siang tiba datanglah sahabat Jabir bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya
yang berjumlah cukup banyak. Sahabat Jabir mempersilahkan Rasulullah untuk
masuk ke dalam rumahnya yang mungil. Melihat rumah sahabat Jabir yang mungil
Rasulullah berdoa kepada Allah, seketika rumah sahabat Jabir yang sempit itu
menjadi luas dan cukup untuk menampung para sahabat yang cukup banyak itu.
Setelah semuanya
duduk, Rasulullah bertanya pada sahabat Jabir,
“Dimana putramu
jabir biasanya setiap aku berkunjung mereka selalu menyambutku?” tanya
Rasulullah.
“Sebentar Ya Rasul
akan saya panggilkan.” Jawab sahabat Jabir.
Kemudian sahabat
Jabir menanyakan pada istrinya dimana putra-putra mereka? istrinya menjawab
putra-putra kita sedang tertidur pulas, mungkin kelelahan setelah bermain tadi.
Sahabat Jabir
kembali menemui Rasulullah dan mengatakan bahwa putra-putranya sedang tidur.
Mendengar itu Rasulullah SAW malah menyuruh sahabat Jabir untuk membangunkan
putra-putranya dan mengajak untuk makan bersama-sama.
Tak berapa lama
tiba-tiba putra-putranya yang telah meninggal tadi berlari menghampiri
Rasulullah seraya berebut bersalaman dengan beliau. Melihat itu istri Jabir sangat
kaget dan tak kuasa menangis saking terharu dan bahagia melihat anaknya hidup
kembali.
Sepotong daging
anak kambing dan secawan susu telah siap dihidangkan, sahabat Jabir berkata
pada Rasulullah,
“Maaf wahai
Rasulullah, adanya cuma ini semoga cukup untuk menjamu semua tamu.”
Mendengar perkataan
sahabat Jabir Rasulullah hanya tersenyum dan berkata,
“Insya Allah cukup
sahabat Jabir, tuangkan saja susunya di gelas-gelas mereka.” Perintah
Rasulullah SAW.
Dan sekali lagi
mukjizat itu terjadi lagi susu yang hanya seteko dapat mencukupi untuk menjamu
Rasulullah dan para sahabat yang jumlahnya cukup banyak dan seporsi daging
seekor anak kambing dapat mencukupi dimakan oleh semuanya.
Takhrij
Kisah ini tidak
sahih, kerana bercanggah dengan hadith sahih berkenaan peristiwa Jabir ra
menjamu makanan ketika penggalian parit perang Khandak. Dalam Sahih Bukhari dan
Muslim tidak menyebut anak itu mengambil pisau lalu menyembelih adiknya dan
seterusnya...
Pada hari-hari
pertempuran Khandaq, kami menggali parit. Ada sebongkah batu keras yang
menghalang. Orang-orang datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya
berkata, Ada batu keras yang melintang di parit. Beliau bersabda, Aku yang akan
turun (tangan).
Lalu, beliau
berdiri, sedangkan ketika itu ada batu yang terikat di perut beliau. Kami
melewati tiga hari tanpa menyantap makanan. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam mengambil godam dan memukulkannya (ke batu), hingga batu itu hancur
menjadi pasir berhamburan. Aku berkata, Wahai Rasulullah, izinkan aku kembali
pulang ke rumah. Aku berkata kepada istriku, Aku melihat pada diri Rasulullah
sebuah kesabaran. Apakah kamu ada sedikit makanan? Istriku menjawab, Aku punya
gandum dan seekor anak kambing. Aku pun menyembelih kambing dan menumbuk
gandum. Lalu, aku masukkan daging ke dalam periuk.
Aku datang menemui
Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika adonan telah melunak dan daging dalam
wadah di atas tungku hampir matang. Aku berkata, Aku mempunyai sedikit makanan,
silakan Anda datang bersama satu atau dua orang ke rumahku. Beliau bertanya,
Seberapa banyak makanan itu? Aku beritahukan jumlahnya. Beliau bersabda,
Makanan yang banyak dan baik. Beliau melanjutkan, Katakan kepada istrimu untuk
tidak mengangkat pembakaran dan adonan roti dari perapian hingga aku datang.
Beliau berkata
kepada para sahabatnya, Bangkitlah kalian! Maka, segenap kaum Muhajirin dan
Anshar bangkit berdiri. Ketika Jabir masuk menemui istrinya, ia berkata,
Rasulullah akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang
ada bersama mereka. Istrinya bertanya, Apakah beliau menanyakan sesuatu
kepadamu? Jabir menjawab, Ya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Masuklah kalian dan jangan berdesak-desakan.
Beliau mulai
memotong-motong roti dan menaruh daging di atasnya, lalu menutup periuk dan
perapian bila mengambil (daging atau roti) darinya. Lalu, beliau mendekatkannya
kepada para sahabatnya dan mengambilkannya. Beliau terus memotong-motong roti
hingga semua orang kekenyangan, dan ternyata makanan itu masih tersisa. Jabir
berkata kepada istrinya, Makanlah ini dan hadiahkanlah, sungguh orang-orang
sedang ditimpa kelaparan. (HR Bukhari, no. 4101; Muslim, no. 2039)
Kisah ketiga
Matan hadith
عن
أنس قال : ( دخلنا على رجل من الأنصار وهو مريض ثقيل فلم نبرح حتى قضى فبسطنا عليه
ثوبه وأم له عجوز كبيرة عند رأسه فالتفت إليها بعضنا فقال : يا هذه احتسبي مصيبتك
عند الله قالت : وما ذاك ؟ أمات ابني ؟ قلنا : نعم قالت : أحقا ما تقولون ؟ قلنا :
نعم فمدت يدها إلى الله فقالت : ( اللهم إنك تعلم أني أسلمت وهاجرت إلى رسولك رجاء
أن تعينني عند كل شدة ورخاء فلا تحملني على هذه المصيبة اليوم ) قال : ( فكشفت عن
وجهه فما برحنا حتى طعمنا معه )
Terjemahan
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu anhu,
Suatu hari kami
menjenguk seorang anak muda dari Anshar (Madinah) yang sedang sakit berat. Kami
tidak beranjak dari sisinya sampai ajal menjemputnya. Lalu kami pun
membentangkan kain untuk menuntupi wajahnya. Ibunya yang sudah lemah dan tua
berada di samping kepalanya. Lalu kami menoleh kepadanya sambil menghiburnya
dengan berkata, ‘Berharaplah pahala dari Allah atas musibah yang menimpamu’.
‘Apakah anakku
sudah mati?’, tanya wanita tua itu.
‘Ya’, jawab kami.
‘Benarkah apa yang
kalian katakan?’, tanyanya lagi.
‘Ya, benar’, jawab
kami.
Lalu wanita tua itu
mengulurkan tangannya ke langit sambil berkata, ‘Ya Allah, Engkau tahu bahawa
aku pasrah kepada-Mu dan berhijrah kepada Rasul-Mu, dengan harapan agar Engkau
berkenan menolongku dalam tiap kesulitan. Ya Allah, janganlah Engkau timpakan
kepadaku musibah ini pada hari ini’.
Kemudian dibukalah
penutup wajah yang telah kami tutupkan kepada anak muda itu. Tidak berapa lama
kemudian, kami menyantap makanan bersamanya.
Takhrij
HR. Ibn Abi Duniya dalam
Mujabul Da’wah 1/51 no. 32, Abu Nua’im Asbahani dalam Dala’il Nubuwah no. 544
dan al-Baihaqi dalam Dala’il Nubuwah 6/50, dari Anas bin Malik ra.
Ibnu Adiy dalam
Kamil Dhuafa’ 5/95 menilai hadith ini munkar.
Ibnu Qaisarani
dalam Dzakirah Huffaz 3/1575 hadith ini terdapat perawi lemah bernama Saleh
al-Muriyyu (Saleh bin Basyir al-Zahid).
Saleh bin Basyir
al-Zahid didhaifkan oleh Ibnu Main dan ad-Daraquthni. An-Nasaie menilainya
matruk. Imam Bukhari menilainya munkarul hadith (Mizan ‘Itidal 2/289-290).
Ibnu Katsir menilai
hadits ini tsabit dalam Bidayah wan Nihayah 6/296.
Az-Zahabi dalam al-‘Ilal
al-Mutanahiyah no. 310, sanadnya dhaif.
No comments:
Post a Comment