Takhrij

Wednesday, 11 March 2020

Kisah orang mati hidup semula



Kisah pertama


Matan hadith

خَرَجَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ حَتَّى أَتَوْا مَقْبَرَةً مِنْ مَقَابِرِهِمْ
فَقَالُوا: لَوْ صَلَّيْنَا وَدَعَوْنَا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُخْرِجُ لَنَا رَجُلًا مِمَّنْ قَدْ مَاتَ، فَنُسَائِلَهُ عَنِ الْمَوْتِ فَفَعَلُوا، فَبَيْنَاهُمْ كَذَلِكَ إِذْ طَلَعَ رَجُلٌ رَأْسَهُ مِنْ قَبْرٍ مِنْ تِلْكَ الْمَقَابِرِ حُلَاسِيُّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ أَثَرُ السُّجُودِ فَقَالَ: يَا هَؤُلَاءِ مَا أَرَدْتُمْ إِلَيَّ لَقَدْ مُتُّ مِنْ مِائَةِ عَامٍ، فَمَا سَكَتَ عَنِّي حَرَارَةُ الْمَوْتِ إِلَّا الْآنَ، فَادْعُوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَرُدَّنِيَ لِمَا كُنْتُ

Terjemahan

Suatu ketika ada sekelompok orang dari Bani Israil yang datang ke sebuah kuburan. Mereka berkata, ‘Andai kita solat dan berdoa kepada Allah agar mengeluarkan seorang yang sudah meninggal kepada kita, kemudian kita bertanya kepadanya tentang kematian.” Akhirnya, mereka solat dan berdoa. Dalam pada itu, tiba-tiba ada satu mayat mengeluarkan kepalanya dari dalam kubur. Nampak di antara kedua matanya ada bekas sujud. Ia lalu bertanya, ‘Wahai orang-orang, apa yang kalian inginkan? Aku meninggal seratus tahun yang lalu. Namun, panasnya kematian belum hilang hingga sekarang. Maka berdoalah kalian agar mengembalikanku kepada keadaanku semula’.”

Takhrij

HR. Ibnu Abi Duniya dalam Kitab Maut, Abi Syaibah dalam Musannafnya 9/62, Ahmad dalam kitab Az-Zuhd hal. 16-17, al-Bazzar dalam Musnadnya 1/108/192- Kasyaf al-Asrar.

Juga dinukilkan oleh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah 2/122, dan beliau menilai hadith ini gharib.

As-Sakhawi dalam Al-Ajubah Mardhiyyah 3/1113, berkata hadith ini marfu' tetapi sanadnya dhaif.

Syeikh al-Albani menilai hadith ini sahih dalan Silsilah Hadith Sahih no. 2926. Hadith ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhab dari Al-Musnad (Q 1/152) dengan lengkap. Begitu pula Waki’ dalam Az-Zuhud (1/280/56) dan Ibnu Abi Dawud dalam Al-Baats (5/30). Ucapan yang pertama darinya mempunyai penguat dari hadith Abu Hurairah secara marfu’. Diriwayatkan oleh Abu Daud (2/126), Thahawi dalam Musykilil Atsar (1/40-41), Ibnu Hibban (109 – Mawarid).





Kisah kedua


Suatu hari para sahabat Nabi bersama Rasul sedang bekerja bakti membangun parit sebagai persiapan perang khandaq. Kebetulan lokasinya tak jauh dari rumah sahabat Jabir RA. Melihat Rasulullah SAW dan para sahabat yang merasa kelelahan sahabat Jabir berinisiatif pulang meminta istrinya untuk menyiapkan makanan. Kemudian sahabat Jabir meminta ijin kepada Rasulullah untuk meninggalkan tempat kerja bakti tersebut dan pulang menemui istrinya.

Sesampainya di rumah, sahabat Jabir menemui istrinya dan mengutarakan keinginannya untuk menjamu Rasulullah dan para sahabatnya di rumah mereka.

“Apakah ada makanan untuk menjamu Nabi Allah dan para sahabatnya?” tanya sahabat Jabir.

“Kita hanya mempunyai seekor anak kambing dan sedikit susu.” Jawab istri Jabir.

“Baiklah, tak apa-apa, tolong siapkan semuanya dengan baik, sebentar lagi akan aku ajak Rasulullah dan para sahabat untuk makan di rumah kita.” kata sahabat Jabir kepada istrinya.

Kemudian istrinya mulai menyiapkan jamuan sambil menjaga dua anak mereka. Sang istri mulai memasak makanan sedangkan sahabat Jabir kembali menemui Rasulullah dan para sahabatnya di tempat pembuatan parit.

Mulanya anak kambing itu disembelih di belakang rumahnya, kemudian dibersihkan dan diolah menjadi masakan. Sementara itu sedari tadi dua anak itu mengamati ibunya yang sedang mengolah kambing dari mulai menyembelih sampai memasaknya. Akhirnya timbul di benak dua anak tadi untuk bermain sembelih-sembelihan meniru cara ibunya memotong kambing dengan menjadikan sang adik sebagai kambing yang hendak disembelih. Tanpa sepengetahuan ibunya mereka pergi ke lantai atas dapur sambil membawa pisau yang tajam, kemudian melakukan adegan penyembelihan kambing.

Saat sedang mengolah masakan di dapur, sang Ibu tiba-tiba melihat darah yang menetes dari lantai atas dapur. Sang Ibu mulai khawatir, dari mana asal tetesan darah itu? Sang Ibu memanggil anak-anaknya untuk memastikan apakah mereka baik-baik saja. Mendengar panggilan Ibunya sang kakak jadi ketakutan karena telah membuat adiknya mati bersimbah darah, akhirnya dia bergegas menuruni tangga dengan ketakutan sampai tergelincir dan jatuh sang kakak akhirnya meninggal juga.

Melihat ada yang kurang beres di lantai atas sang ibu mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dia sangat terkejut karena dua anaknya telah meninggal dunia karena jatuh. Sang ibu sedih namun juga ketakutan dan bingung bagaimana nanti menjelaskan pada suaminya terkait musibah ini.

Sang Ibu bergegas membersihkan darah yang berceceran di lantai kemudian membersihkan anak-anaknya dan memandikannya. Setelah itu dua anak tadi dipakaikan pakaian yang layak dan dibaringkan di atas tempat tidur layaknya orang yang sedang tertidur.

Saat waktu makan siang tiba datanglah sahabat Jabir bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berjumlah cukup banyak. Sahabat Jabir mempersilahkan Rasulullah untuk masuk ke dalam rumahnya yang mungil. Melihat rumah sahabat Jabir yang mungil Rasulullah berdoa kepada Allah, seketika rumah sahabat Jabir yang sempit itu menjadi luas dan cukup untuk menampung para sahabat yang cukup banyak itu.

Setelah semuanya duduk, Rasulullah bertanya pada sahabat Jabir,

“Dimana putramu jabir biasanya setiap aku berkunjung mereka selalu menyambutku?” tanya Rasulullah.

“Sebentar Ya Rasul akan saya panggilkan.” Jawab sahabat Jabir.

Kemudian sahabat Jabir menanyakan pada istrinya dimana putra-putra mereka? istrinya menjawab putra-putra kita sedang tertidur pulas, mungkin kelelahan setelah bermain tadi.

Sahabat Jabir kembali menemui Rasulullah dan mengatakan bahwa putra-putranya sedang tidur. Mendengar itu Rasulullah SAW malah menyuruh sahabat Jabir untuk membangunkan putra-putranya dan mengajak untuk makan bersama-sama.

Tak berapa lama tiba-tiba putra-putranya yang telah meninggal tadi berlari menghampiri Rasulullah seraya berebut bersalaman dengan beliau. Melihat itu istri Jabir sangat kaget dan tak kuasa menangis saking terharu dan bahagia melihat anaknya hidup kembali.

Sepotong daging anak kambing dan secawan susu telah siap dihidangkan, sahabat Jabir berkata pada Rasulullah,

“Maaf wahai Rasulullah, adanya cuma ini semoga cukup untuk menjamu semua tamu.”

Mendengar perkataan sahabat Jabir Rasulullah hanya tersenyum dan berkata,

“Insya Allah cukup sahabat Jabir, tuangkan saja susunya di gelas-gelas mereka.” Perintah Rasulullah SAW.

Dan sekali lagi mukjizat itu terjadi lagi susu yang hanya seteko dapat mencukupi untuk menjamu Rasulullah dan para sahabat yang jumlahnya cukup banyak dan seporsi daging seekor anak kambing dapat mencukupi dimakan oleh semuanya.


Takhrij

Kisah ini tidak sahih, kerana bercanggah dengan hadith sahih berkenaan peristiwa Jabir ra menjamu makanan ketika penggalian parit perang Khandak. Dalam Sahih Bukhari dan Muslim tidak menyebut anak itu mengambil pisau lalu menyembelih adiknya dan seterusnya...

Pada hari-hari pertempuran Khandaq, kami menggali parit. Ada sebongkah batu keras yang menghalang. Orang-orang datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Ada batu keras yang melintang di parit. Beliau bersabda, Aku yang akan turun (tangan).

Lalu, beliau berdiri, sedangkan ketika itu ada batu yang terikat di perut beliau. Kami melewati tiga hari tanpa menyantap makanan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil godam dan memukulkannya (ke batu), hingga batu itu hancur menjadi pasir berhamburan. Aku berkata, Wahai Rasulullah, izinkan aku kembali pulang ke rumah. Aku berkata kepada istriku, Aku melihat pada diri Rasulullah sebuah kesabaran. Apakah kamu ada sedikit makanan? Istriku menjawab, Aku punya gandum dan seekor anak kambing. Aku pun menyembelih kambing dan menumbuk gandum. Lalu, aku masukkan daging ke dalam periuk.

Aku datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika adonan telah melunak dan daging dalam wadah di atas tungku hampir matang. Aku berkata, Aku mempunyai sedikit makanan, silakan Anda datang bersama satu atau dua orang ke rumahku. Beliau bertanya, Seberapa banyak makanan itu? Aku beritahukan jumlahnya. Beliau bersabda, Makanan yang banyak dan baik. Beliau melanjutkan, Katakan kepada istrimu untuk tidak mengangkat pembakaran dan adonan roti dari perapian hingga aku datang.

Beliau berkata kepada para sahabatnya, Bangkitlah kalian! Maka, segenap kaum Muhajirin dan Anshar bangkit berdiri. Ketika Jabir masuk menemui istrinya, ia berkata, Rasulullah akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang ada bersama mereka. Istrinya bertanya, Apakah beliau menanyakan sesuatu kepadamu? Jabir menjawab, Ya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Masuklah kalian dan jangan berdesak-desakan.

Beliau mulai memotong-motong roti dan menaruh daging di atasnya, lalu menutup periuk dan perapian bila mengambil (daging atau roti) darinya. Lalu, beliau mendekatkannya kepada para sahabatnya dan mengambilkannya. Beliau terus memotong-motong roti hingga semua orang kekenyangan, dan ternyata makanan itu masih tersisa. Jabir berkata kepada istrinya, Makanlah ini dan hadiahkanlah, sungguh orang-orang sedang ditimpa kelaparan. (HR Bukhari, no. 4101; Muslim, no. 2039)






Kisah ketiga

Matan hadith

عن أنس قال : ( دخلنا على رجل من الأنصار وهو مريض ثقيل فلم نبرح حتى قضى فبسطنا عليه ثوبه وأم له عجوز كبيرة عند رأسه فالتفت إليها بعضنا فقال : يا هذه احتسبي مصيبتك عند الله قالت : وما ذاك ؟ أمات ابني ؟ قلنا : نعم قالت : أحقا ما تقولون ؟ قلنا : نعم فمدت يدها إلى الله فقالت : ( اللهم إنك تعلم أني أسلمت وهاجرت إلى رسولك رجاء أن تعينني عند كل شدة ورخاء فلا تحملني على هذه المصيبة اليوم ) قال : ( فكشفت عن وجهه فما برحنا حتى طعمنا معه )

Terjemahan

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu,

Suatu hari kami menjenguk seorang anak muda dari Anshar (Madinah) yang sedang sakit berat. Kami tidak beranjak dari sisinya sampai ajal menjemputnya. Lalu kami pun membentangkan kain untuk menuntupi wajahnya. Ibunya yang sudah lemah dan tua berada di samping kepalanya. Lalu kami menoleh kepadanya sambil menghiburnya dengan berkata, ‘Berharaplah pahala dari Allah atas musibah yang menimpamu’.

‘Apakah anakku sudah mati?’, tanya wanita tua itu.
‘Ya’, jawab kami.
‘Benarkah apa yang kalian katakan?’, tanyanya lagi.
‘Ya, benar’, jawab kami.

Lalu wanita tua itu mengulurkan tangannya ke langit sambil berkata, ‘Ya Allah, Engkau tahu bahawa aku pasrah kepada-Mu dan berhijrah kepada Rasul-Mu, dengan harapan agar Engkau berkenan menolongku dalam tiap kesulitan. Ya Allah, janganlah Engkau timpakan kepadaku musibah ini pada hari ini’.

Kemudian dibukalah penutup wajah yang telah kami tutupkan kepada anak muda itu. Tidak berapa lama kemudian, kami menyantap makanan bersamanya.


Takhrij

HR. Ibn Abi Duniya dalam Mujabul Da’wah 1/51 no. 32, Abu Nua’im Asbahani dalam Dala’il Nubuwah no. 544 dan al-Baihaqi dalam Dala’il Nubuwah 6/50, dari Anas bin Malik ra.

Ibnu Adiy dalam Kamil Dhuafa’ 5/95 menilai hadith ini munkar.

Ibnu Qaisarani dalam Dzakirah Huffaz 3/1575 hadith ini terdapat perawi lemah bernama Saleh al-Muriyyu (Saleh bin Basyir al-Zahid).

Saleh bin Basyir al-Zahid didhaifkan oleh Ibnu Main dan ad-Daraquthni. An-Nasaie menilainya matruk. Imam Bukhari menilainya munkarul hadith (Mizan ‘Itidal 2/289-290).

Ibnu Katsir menilai hadits ini tsabit dalam Bidayah wan Nihayah 6/296.

Az-Zahabi dalam al-‘Ilal al-Mutanahiyah no. 310, sanadnya dhaif.

No comments:

Post a Comment