Teks kisah
Dalam sebuah kesempatan, saat
Luqman mengajari puteranya dengan kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat,
Luqman berkata, ”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan
bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan.
Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, Sebab takkan pernah ada jalan untuk
membuat mereka semua lega dan terima. Takkan pula ada cara untuk menyatukan
hati mereka.”
”Wahai puteraku! Datangkan seekor
keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.”
Luqman bermaksud mengajak
puteranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahawa membuat
semua orang “berpuas hati” itu sangatlah sulit. Bahkan boleh dibilang sama
sekali tidak mungkin terjadi.
Apapun yang diperbuat oleh
seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak
setuju. Kemudian perjalanan mereka segera dimulai.
Luqman menaiki keledai dan
menyuruh puteranya berjalan menuntun keledai. Sekelompok orang yang menangkap
pemandangan –yang menurut mereka- aneh tersebut, segera berkomentar mencaci:
”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas
keledai. Alangkah bongkak dan sombongnya orang tua itu.” Luqman pun berkata: ”Puteraku, cuba dengar,
apa yang mereka katakan.”
Luqman lalu bergantian dengan
puteranya, kini giliran Luqman yang menuntun keledai, dan puteranya naik di
atasnya. Mereka melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang.
Tak pelak, orang-orang pun segera
angkat bicara setelah menangkap pemandangan yang tak nyaman di mata mereka.
”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah
berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu.” Luqman kemudian berkata kepada puteranya:
”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”
Mereka berdua melanjutkan
perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus
berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan.
Lagi-lagi, mereka unjuk gigi saat melihat Luqman dan puteranya.
”Dua orang itu naik keledai
berboncengan, padahal mereka tidak sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh,
betapa mereka tak tahu kasihan pada haiwan,” sindir seseorang yang melihat
luqman. ”Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku!” Luqman kembali
menasihati puteranya.
Tanpa menghiraukan caci maki
orang-orang itu, Luqman dan puteranya kembali melanjutkan perjalanan. Terakhir
kali, mereka berjalan kaki bersama, sambil menuntun keledai.
”Subhanallah! Lihat, dua orang
itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sihat dan kuat. Kenapa mereka
tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka.”
”Dengarlah apa yang mereka
katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu
dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari
perjalanan ini,” kata Luqman mengakhiri perjalanan bersama puteranya.
Takhrij
Walaupun kisah ini masyhur
disebutkan ramai asatizah, setakat pencarian saya, kisah ini tidak ditemukan
dalam rujukan muktabar sunnah.
Kisah ini dengan matan hampir
serupa dengan kisah disebutkan, ada ditemukan dari sumber Syiah, antaranya Fathul
Abwab Ibnu Thawus hal. 307-308, dan Biharul Anwar 68/361,tanpa sanad yang
lengkap.
فركب لقمان الحمار وترك ابنه يمشي خلفه
فمرّا على جماعة من الناس فسمعهم يقولون : انظروا الى هذا الرجل العجوزكم هو قسي القلب وعديم الرحمة ، كيف ركب الحمار وترك ابنه ماشياً وراءه ،
من الحمار وركب ابنه وسارا .
حتى مرّا على جماعةٍ آخرين فسمعهم يقولون : انظروا الى هذا الابن والاب . الاب لم يربّ ابنه تربية جيدة والابن لم يحترم ويرحم أباه .
فنزل الابن من على ظهر الحمار وسارا معاً خلف الحمار
فسمعوا جماعة من الناس يقولون : عجيب أمر هذين الرجلين تركا الحمار يمشي ولم يركباه وسارا خلفه .
فركب لقمان وابنه على ظهر الحمار
فمرّا على جماعةٍ آخرين فسمعهم يقولون : انظروا الى هذين الرجلين ، عديمي الرحمة ركبا الحمار على ضعفه .
عندها نظر لقمان الى ابنه وقال له : بنيّ العزيز هل نظرت الى ان إرضاء الناس لا يدرك ؟ فلا تلتفت اليهم واشتغل برضى الله جل جلاله
No comments:
Post a Comment