Matan kisah
Diriwayatkan Ibnu Abbas, beliau berkata; Suatu hari malaikat Jibril bercerita kepada Nabi Saw, tentang kisah seorang hamba yang memiliki kekuatan luar biasa, namanya Sam’un Al-Ghazi, seorang pembela agama, berperang melawan kaum kafir selama 1000 bulan, hanya berbekal tulang rahang unta sebagai senjata, tidak memiliki senjata lain.
Setiap kali menghentam kaum kafir
dengan rahang untanya, terbunuhlah banyak kaum kafir dalam jumlah yang tidak
terhitung. Jika ia merasa haus maka keluar air tawar dari tempat giginya, untuk
ia minum, jika ia lapar maka dari tempat itu pula tumbuh daging dan ia
memakannya. Demikianlah keadaan Sam’un
sang super power dalam hari-harinya, sehingga usianya sampai 1000 bulan, iaitu
83 tahun 4 bulan. Kaum kafir tetap tidak mampu mengalahkannya.
Pada suatu kesempatan Kaum kafir
ini berkata kepada isteri Sam’un, kerana isteri Sam’un ini seorang kafir, “Kami akan memberi uang banyak,
jika kamu dapat membunuh suamimu”
Sang isteri menjawab: “Aku tidak sanggup membunuhnya”
Kaum kafir memberikan saranan,
kami memberimu tali ikat yang kuat, ikatlah kedua kaki dan
tangan Sam’un di saat ia tidur,
dan kami akan membunuhnya. Singkat
cerita, Sam’un diikat
isterinya di saat tidur, ia terbangun dan berkata: “Siapa yang mengikatku ?” isterinya menjawab: “Aku mengikatmu kerana ingin mengujimu.” ia beralasan
Kemudian Sam’un menggerakkan
tangannya, sekali Gerakan terputuslah ikat tambang itu. Keesokan harinya kaum
kafir datang lagi kepada isteri Sam’un membawa rantai, Sam’un diikat saat
tidur, Sam’un terbangun dan berkata : “Siapa yang mengikatku?” isterinya menjawab :
“Aku mengikatmu kerana ingin mengujimu.” Kemudian Sam’un menggerakkan tangannya, sekali Gerakan terputuslah rantai itu. Sam’un berkata: “Wahai isteriku aku wali diantara wali kekasih Allah, segala perkara dunia ini tidak ada yang sanggup mengalahkan diriku, kecuali dg rambutku ini." katanya. Dia memang berambut panjang ( sampai kaki ). Dan ucapan itu terdengar isterinya.Ketika Sam’un tertidur, isterinya mengunting rambut panjang Sam’un, guntingan rambutnya menjadi 8 potong, semua jatuh ke tanah, sang isteri mengikat Sam’un dengan 4 potongan rambut, 4 potong pertama mengikat kedua tangannya, 4 potong kedua mengikat kedua kakinya. Sam’un terbangun dan berkata: “Siapa yang mengikatku ?” isterinya menjawab: “Aku, aku mengikat kerana ingin mengujimu.” Kali ini Sam’un tak berdaya, ia tidak mampu melepaskan ikatan itu.
Kemudian sang isteri memberitahukannya kepada kaum kafir, mereka beramai-ramai membawa Sam’un ke sebuah rumah, tempat mereka menghukum mati seseorang dengan memenggal lehernya, di tengah rumah itu terdapat tiang, mereka mengikat Sam’un di tiang itu, mereka memotong kedua telinga Sam’un, mencungkil kedua mata Sam’un, menggunting bibir dan lidah Sam’un, kedua tangan dan kedua kakinya pun dipotong, semua orang berkumpul menyaksikan Sam’un di mutilasi di rumah tersebut.
Disaat kritikal seperti itu Allah memberi wahyu (kasih sayang) kepada Sam’un dan menawarkan“Apa yang kamu inginkan pada kaum kafir ini, Aku akan melakukannya wahai Sam’un ?” Sam’un menjawab: “Berilah aku kekuatan, aku ingin menghancurkan tiang ini, sehingga roboh dan menimpa mereka." Allah Swt pun memberinya kekuatan dan Sam’un menggerakkan dirinya, dan hancurlah tiang rumah itu, atapnya menimpa semua orang sehingga tewas, termasuk isterinya.
Allah selamatkan Sam’un dan Allah kembalikan keadaan tubuh Sam’un seperti sedia kala. Setelah peristiwa itu Sam’un melakukan ibadah selama 1000 bulan, malamnya tahajud siangnya berpuasa. Ia juga berperang membela Agama Allah.
Mendengar kisah Sam’un itu, para sahabat Nabi
Saw terharu, mereka bertanya : “Wahai Rasulullah apa tuan tahu, berapa besar pahala Sam’un ibadah
seperti itu ?” Nabi menjawab:
“Aku tidak mengetahuinya”
Maka Allah turunkan malaikat
Jibril membawa surat Al-Qadr, dan berkata: “Wahai Muhammad aku berikan kamu dan ummatmu
Lailatulqadr, melakukan ibadah di malam itu lebih baik dari ibadah 70 ribu
bulan”.
Takhrij
Kisah disebutkan dalam:
Durratun Nasihin hal. 319-320, Dar al-Arqam
Hasyiyah al-Shawi 4/452
Menurut pentahqiq kitab Durratun
Nashihin: Tiada asal.
No comments:
Post a Comment