Matan hadith
وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ
يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ
السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ
قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ رواه
البخاري
Terjemahan
Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang
melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah,
selamatkanlah”. Pada sirath itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon
Sa’dân. Pernahkah kalian melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai
Rasûlullâh. Maka ia seperti duri pohon Sa’dân, tiada yang mengetahui ukuran
besarnya kecuali Allâh. Maka ia mencangkok manusia sesuai dengan amalan mereka.
[HR. al-Bukhâri]
Takhrij
HR. Bukhari no. 6573.
Matan hadith
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ
فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ
كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ
الْبَرْقِ ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي
طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ
الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ
يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى
يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي
حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ
بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ.
Terjemahan
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali
persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan sirath tersebut. Orang
yang pertama melaluinya seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapa dan ibuku
(aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia
lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian
seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai
dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas sirath sambil
berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah
amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak boleh melewati kecuali
dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir sirath
terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja yang
diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terkait namun selamat dan ada pula
yang terjatuh ke dalam neraka.
Takhrij
HR. Muslim no. 195.
Dapat disimpulkan di sini bagaimana keadaan
manusia saat melintasi sirath :
1. Ketika manusia melewati sirath, amanah dan ar-rahim (hubungan
silaturrahim) menyaksikan mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya menunaikan
amanah dan menjalin hubungan silaturrahim. Barangsiapa melalaikan keduanya,
maka ia akan merasa gementar ketika disaksikan oleh amanah dan ar-rahim saat
melewati sirath.
2. Kecepatan manusia saat melewati sirath yang begitu halus dan tajam
tersebut sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan
melaksanakan perintah-perintah Allâh Azza wa Jalla di dunia ini.
3. Di antara manusia ada yang melewati sirath secepat kedipan mata, ada
yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat burung terbang,
dan ada pula yang secepat kuda yang berlari kencang.
4. Di antara manusia ada yang melewatinya dengan merangkak secara perlahan,
ada yang berjalan dengan menggeser punggungnya sedikit demi sedikit, ada pula
yang bergayutan hampir-hampir jatuh ke dalam neraka dan ada pula yang
dilemparkan ke dalamnya.
5. Besi-besi pengait baik yang bergantungan dengan sirath mahupun yang
berasal dari dalam neraka akan menyambar sesuai dengan keimanan dan ibadah
masing-masing manusia.
6. Yang pertama sekali melewati sirath adalah Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan umatnya.
7. Setiap rasul menyasikkan umatnya ketika melewati sirath dan mendoakan
umat mereka masing-masing agar selamat dari api neraka.
8. Ketika melewati sirath setiap mukmin agar diberi cahaya sesuai dengan
amalnya masing-masing. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu
dalam menafsirkan firman Allâh Azza wa Jalla:
يَوْمَ
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ
Pada hari itu, engkau melihat orang-orang mukmin cahaya mereka menerangi
di hadapan dan di sebelah kanan mereka (al-Hadid, 57:12)
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Mereka melewati sirath sesuai
dengan tingkat amalan mereka. Di antara mereka ada cahayanya sepert gunung, ada
cahayanya yang seperti pohon, ada cahayanya setinggi orang berdiri, yang paling
sedikit cahayanya sebatas menerangi tapak kakinya, sesekali nyala sesekali
padam” (Tafsir Ibnu katsir: 8/15)
Rujukan
https://almanhaj.or.id/10712-mengimani-shirath-jembatan-di-atas-neraka-2.html
No comments:
Post a Comment