Matan hadith
كَانَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ
اللهِ –صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– يُمْهِلُ فَلاَ يُقِيمُ، حَتَّى إِذَا
رَأَى رَسُولَ اللهِ –صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– قَدْ خَرَجَ أَقَامَ
الصَّلاَةَ حِينَ يَرَاهُ.
Terjemahan
Kebiasaan muazzin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunggu
sehingga ia tidak mengumandangkan iqamat sampai ia melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar (dari rumahnya). Ia mengumandangkan iqamat
saat melihat Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Takhrij
HR. At-Tirmidzi, no. 202 dari Jabir bin Samurah ra. Hadith ini dinilai
sebagai hadith hasan oleh Syeikh al-Albani.
Setelah meriwayatkan hadith ini, Imam Tirmidzi mengatakan:
وَهَكَذَا قَالَ بَعْضُ
أَهْلِ العِلْمِ: إِنَّ الْمُؤَذِّنَ أَمْلَكُ بِالأَذَانِ، وَالإِمَامُ أَمْلَكُ
بِالإِقَامَةِ
Demikianlah sebhaagian ahli ilmu mengatakan: bahawa muazzin lebih berhak
terhadap azan, sedangkan Imam lebih berhak terhadap iqamat (Sunan Tirmidzi,
1/275).
No comments:
Post a Comment