Hadith
tegahan membujang dalam rangka semata-mata mendekatkan diri kepada Allah secara
keras kepala:-
-menganggapnya
ibadah
-ibadah
yang direka menyerupai kependetaan
-memberat-beratkan
pada perkara yang tidak perlu yakni apa yang telah ditunjuki sunnah
Maka
ini tsabit dari sahihain HR. Bukhari no. 5063, Muslim no. 1401). Dan ketika
itu, konteks hadith ini benar ia dilarang.
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: جَاءَ رَهْطٌ اِلَى بُيُوْتِ اَزْوَاجِ النَّبِيِّ ص يَسْاَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ ص. فَلَمَّا اُخْبِرُوْا كَاَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا فَقَالُوْا: وَ اَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ ص؟ قَدْ غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ اَحَدُهُمْ: اَمَّا اَنَا فَاِنِّى اُصَلِّى اللَّيْلَ اَبَدًا. وَ قَالَ آخَرُ اَنَا اَصُوْمُ الدَّهْرَ وَ لاَ اُفْطِرُ اَبَدًا. وَ قَالَ آخَرُ: وَ اَنَا اَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ اَتَزَوَّجُ اَبَدًا. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَيْهِمْ. فَقَالَ اَنْتُمُ اْلقَوُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَ كَذَا؟ اَمَا وَ اللهِ اِنِّى َلاَخْشَاكُمْ ِللهِ وَ اَتْقَاكُمْ لَهُ. لكِنِّى اَصُوْمُ وَ اُفْطِرُ وَ اُصَلِّى وَ اَرْقُدُ وَ اَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى. البخارى و اللفظ له و مسلم و غيرهما
Yang
dimaksudkan ‘bukan golonganku', jika 'ketidaksukaan'nya bersumber dari
penafsiran keliru kerana ketidaktahuan, maka maksudnya adalah bahawa sikap itu
bukan jalanku (sunnah). Tidak mesti orang tersebut dikatakan telah keluar dari
agama.
Tapi
jika sikap 'ketidaksukaan' tersebut bersumber dari penentangan dan keras kepala
yang menyebabkan semangat melakukannya, maka maksud sabda Beliau 'bukan
golonganku' adalah 'tidak berada dalam agamaku'. Kerana keyakinan seperti itu
merupakan salah satu bentuk kekufuran.
Hadits
ini (sahihain) menunjukkan keutamaan nikah dan anjuran melaksanakannya.
Dengan
demikian, jelas bahawa hadits ini tidak menunjukkan kecaman hidup membujang
secara mutlak. Khususnya jika sebabnya adalah keadaan tertentu atau tidak ada
keinginan menikah, atau kerana sakit, atau alasan-alasan lainnya.
Tegahan
membujang:
Manakala
tegahan bujang yang serupa itu, kalau berdiri sendiri dalam hadith, maka
riwayat itu terdapat kelemahan seperti diriwayatkan dalam Ibnu Majah no. 1846:-
Dari
Aisyah dia berkata:-
'Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, 'Nikah termasuk sunahku (ajaranku) siapa yang tidak mengamalkan
ajaranku, maka dia bukan golonganku. Hendaklah kalian menikah, sungguh aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian dibanding umat yang lain. Siapa yang
memiliki kecukupan, hendaknya dia menikah, siapa yang belum mampu hendaknya dia
berpuasa, karena puasa dapat menjadi pelindung baginya."
Dalam
sanad riwayat ini terdapat Isa bin Maimun. Dia adalah perawi dhaif. Imam
Bukhari berkata, 'Haditsnya munkar.' Ibnu Ma'in berkata, 'Haditnya tidak
dianggap.' Kitab Mizanul I'tidal (4/245-246).
Hadith-hadith
celaan hidup membujang/pujian/fadhilat membujang disinilah yang bertaraf dhaif
semuanya sepertimana disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam al-Manar al-Munif hal.
177:-
"Hadits-hadits tentang pujian bagi orang
yang membujang semuanya tidak sah."
Dan
as-Sakhawi dalam Maqasid Hasanah hal. 135:-
'Dan
hadits-hadits serupa lainnya yang semuanya lemah atau tidak jelas, akan tetapi tidak
dapat dihukumi sebagai hadits palsu."
Hal
serupa juga dikatakan oleh Al-Fatani dalam 'Tazkirah Maudu'at', hal. 125.
Contoh:-
"Menikahlah,
kalau tidak maka kalian adalah
saudara-saudara syaitan. Orang mati yang paling rendah diantara kalian
adalah para bujangan." (Silsilah Hadith Dhaif no. 2511)
Dan
hadith Ibnu Majah di atas
Wallahu
'alam
Rujukan
Fatwa
Soaljawab Islam no. 96977
No comments:
Post a Comment