Dalam kitab tersebut, Ka'ab bin
al-Ahbar mengungkapkan bahawa sesungguhnya Allah ﷻ akan
menghisab amal hamba-Nya. Apabila keburukan-keburukan
lebih unggul daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan masuk ke neraka. Ketika para malaikat menggiring mereka ke
sana, Allah ﷻ berkata kepada Jibril, "Temukan hamba-Ku. Bertanyalah
kepadanya, apakah pernah duduk dalam majelis orang alim tatkala di dunia. Bila
benar, Aku mengampuninya dengan pertolongan alim tersebut." Kemudian, Jibril
bertanya kepada hamba tersebut. Namun, ia menjawab "Tidak". Jibril berkata, "Wahai Tuhan, Engkau
mengetahui keadaan hamba-Mu yang berkata 'tidak'." Allah ﷻ berkata, "Bertanyalah kepadanya, apakah ia mencintai orang
alim?" Ia menjawab, "Tidak". Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia
pernah duduk makan bersama orang alim." Ia menjawab, "Tidak". Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya, apakah namanya sama
dengan nama orang alim, atau nasabnya berasal dari nasab orang alim?" Ia
menjawab "Tidak". Allah ﷻ berkata lagi, "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia
mencintai seseorang yang mencintai orang alim?" Ia menjawab "iya". Allah ﷻ kemudian berkata kepada Jibril, "Ambillah tangannya.
Masukkan ia ke surga. Aku mengampuni dosanya sebab itu."
Takhrij
Kisah ini diceritakan dalam kitab
An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin al-Qalyubi Hikayat ke-57 hal. 46, DKI
Ia sebuah hikayat.
No comments:
Post a Comment